Senin, 08 Februari 2016

REFLEKSI



Hm.. Aku mau buat sebuah refleksi nih.. Judulnyaa.. (jeng jeng) Di Balik Kesedihan. Kenapa aku pilih judul itu, aku juga gak tau hehe.. Oke deh gak usah banyak kata, cek it out.


DI BALIK KESEDIHAN

Bersedih lebih baik daripada tertawa, karena muka muram membuat hati lega (Pengkhotbah 7:3)
Bacaan : Pengkhotbah 7:1-14

Kesedihan bisa berguna bagi jiwa kita. Kesedihan juga dapat menyingkapkan hal-hal yang tersembunyi dalam diri kita dan Allah. Kesedihan membuat kita jujur dalam menilai diri sendiri, juga membuat kita merenungkan motivasi, maksud, dan keinginan kita sendiri. Kita jadi mengenal diri sendiri, yang dulu belum benar-benar kita kenal. Kesedihan juga menolong kita melihat Allah karena kita belum benar- benar melihat-Nya. Yesus, manusia sempurna, digambarkan sebagai "manusia kesedihan" yang bisa mengalami penderitaan (Yesaya 53:5). Hal ini sulit untuk dimengerti, bahkan Anak Allah yang menjelma menjadi manusia pun belajar dan bertumbuh melalui dukacita yang diderita-Nya (Ibrani 5:8). Saat kita berpikir tentang penderitaan-Nya, juga perhatian-Nya terhadap penderitaan kita, kita akan mendapat pemahaman lebih baik tentang apa yang ingin Allah kerjakan dalam diri kita melalui dukacita yang kita alami. Dalam kitab Pengkhotbah tertulis,"Bersedih lebih baik daripada tertawa, karena muka muram membuat hati lega" (7:3). Mereka yang tak ingin menderita, yang menyangkalnya, menganggap remeh, atau mencoba untuk menghilangkannya dengan berbagai alasan, maka perasaannya takkan tajam dan sikapnya acuh tak acuh. Mereka takkan bisa memahami diri sendiri atau orang lain dengan baik. Jadi, aku pikir sebelum kita dipakai Allah, pertama-tama kita harus belajar berdukacita.
So, kita bisa lebih banyak belajar dari derita daripada tawa.. Sekian. Tuhan Yesus Membekati